Latest Updates

AMBITION OR AMBITIOUS ?

Persaingan ? Itu adalah hal biasa dalam
sebuah kelompok. Kadang juga
diperlukan untuk memacu kita
mengeluarkan kemampuan yang terbaik
dari diri kita. Yang terpenting adalah
jangan sampai persaingan ini jadi mempengaruhi hubungan pribadi
diantara setiap orang yang
bersangkutan. Tapi sayangnya, memang hubungan
inilah yang akhirnya menjadi taruhannya.
Bahkan tidak jarang kita tidak lagi perduli
siapa orang tersebut, tapi jika mereka
menghalangi langkah kita, maka sebisa-
bisanya kita akan melibas mereka dan menghilangkan mereka dari jajaran
tersebut.

Hal ini bisa terjadi dimana saja dan kapan
saja, dan berlaku untuk siapa saja. Persaingan bahkan tidak akan
memandang urusannya apa. Hal besar
atau kecil akan berlaku sama saja.
Kelompok besar atau kecil, semuanya
bisa terjadi. Yang paling berbahaya
sebagai akibat dari hal ini maka kita tidak akan pernah bisa mencapai yang
namanya ‘unity’ atau kesatuan. Melakukan hal yang baik tentu sangat
alkitabiah sifatnya. Bahkan Tuhan sendiri
mengajar kita untuk ‘melakukan semua
hal seperti untuk Tuhan, dan bukan untuk
manusia’ (Kol 3:23), jadi artinya bahwa
kita memang didorong untuk melakukan semua pekerjaan dengan ekselen dan
sempurna, karena Tuhan menyukai
kesempurnaan.

Jika di dalam prakteknya kita akan
menemukan bahwa kemampuan tiap
orang itu berbeda. Meskipun saya bisa
mengklaim bahwa saya sudah
memberikan yang terbaik dari diri saya,
jangan heran jika standar yang terbaik saya itu ternyata masih kalah jauh
dengan rekan kerja saya yang lain. Dan
itu bisa terjadi karena memang talenta
setiap kita berbeda, dan bagaimana kita
mengembangkan talenta itu juga
berbeda. Jadi, kita tidak usah menjadi marah atau tersinggung, tapi terus
lakukan yang terbaik itu untuk Tuhan,
bukan sekedar mendapat pujian dari
orang-orang sekitar kita. Sayangnya, meskipun kita mengenal
firman tersebut dengan baik, tapi kita
tetap saja mengharapkan pujian yang
nyata dan bisa terdengar dari orang-
orang sekitar kita, sehingga itulah yang
kemudian menimbulkan persaingan dan perselisihan diantara kita. Memiliki ambisi tentu diperlukan dalam
mencapai keberhasilan. Orang-orang
yang sama sekali tidak memiliki ambisi
akan memiliki kehidupan yang rata-rata,
karena biasanya mereka jadi tidak terlalu
mengupayakan untuk mencapai tujuan hidup mereka. Tapi, ambisi yang berlebihan juga bisa
membahayakan. Orang-orang yang
‘ambisius’ akhirnya akan tergoda
untuk menempuh cara apapun demi
tercapainya tujuan mereka. Dan orang-
orang yang seperti ini bisa sangat mengerikan. Cara pikirnya akan dikuasai
sedemikian rupa oleh ambisinya itu
sehingga mengalahkan akal sehatnya
sendiri. Bahkan tidak jarang mereka akan
mengorbankan hubungan persaudaraan
dan persahabatan demi tercapainya tujuan tersebut. Orang-orang yang
seperti ini biasanya tidak lagi punya
perasaan yang peka terhadap
lingkungannya. Yang lebih parah lagi,
mereka akan berusaha justru untuk
membuat semua orang di sekitarnya itu harus mengerti dan bisa menerima apa
yang menjadi keinginannya tersebut. Di dalam kehidupan ini kita akan selalu
menemukan ada tipe orang yang seperti
ini. Bahkan sekalipun mereka menyadari
bahwa memang kemampuan mereka
terbatas dan kalah jauh dibandingkan
orang yang mereka anggap sebagai saingan tersebut, mereka tidak akan
perduli. Sebaliknya mereka malah akan
lebih merasa marah dan lebih ingin lagi
menyingkirkan orang-orang tersebut
dengan berbagai cara.

Mereka bahkan akan dengan
‘sukarela’ mencari kesalahan orang
tersebut untuk bisa menjatuhkannya.
Diamat-amatinya cara kerja saingannya
tersebut, bukan untuk dipelajari, namun
untuk dinanti-nanti kapan kejatuhannya terjadi. Dimulai dari persaingan, timbul perasaan
tidak suka, kemudian berlanjut menjadi
permusuhan, dan akhirnya terjadilah
perselisihan dan perpecahan itu. Sobat, hal ini saya temukan dimana-
mana. Bahkan di dalam gereja sekalipun.
Beware!!!! Jangan-jangan tanpa kita
sadari, kita termasuk di dalamnya. Alih-
alih dari memberi yang terbaik buat
Tuhan, kita malah akhirnya mencari kepuasan pribadi dan melayani diri
sendiri. ‘Giving the best’ itu motto pelayanan
saya. Bahkan seringkali saya tidak berani
memberikan harga untuk apa yang saya
kerjakan, karena saya tahu betapa tidak
sempurnanya apa yang saya kerjakan.
Dan betapa jauhnya dengan harga yang Tuhan beri dalam hidup saya.
Keselamatan itu jauh lebih mahal , dan
tidak akan pernah saya bisa
menyamainya. Tapi kalau sekarang saya tiba-tiba
menganggap bahwa pekerjaan saya
sudah jauh melampaui orang-orang
sekitar saya, sepertinya saya harus mulai
dibangunkan dan dibuat tersadar, bahwa
itu masih belum apa-apa. Di atas gunung yang tinggi selalu ada yang lebih tinggi
lagi, dan di atas gunung masih ada langit.
Jadi artinya, kita tidak boleh sombong.
Kita ini bukan apa-apa dan bukan siapa-
siapa. Kalau bukan karena kasih karunia
Tuhan, semua yang kita miliki inipun tidak akan pernah menjadi miliki kita. Kalau demikian, apa yang harus kita
lakukan terhadap hati yang mulai
memanas dan menjadi marah?

Engkau akan menemukan jawaban yang
sebenarnya. Ia ada di sana juga karena
ambisimu yang tidak terkendali. Untuk
itulah Ia dipaku dan disalibkan. Ambisimu
perlu dikendalikan dengan dipaku
bersama tubuh Tuhan. Jika engkau merasa disaingi dan
dikalahkan, jangan engkau menjadi
marah dan menyalahkan semua orang.
Karena ketika engkau berkata mereka
tidak adil, maka sebenarnya engkau
sedang menyalahkan Tuhan dengan ketidak adilan itu. Saya selalu merasa yakin bahwa Tuhan
sungguh turut bekerja di dalam segala
perkara untuk mendatangkan kebaikan.
Begitu juga di dalam setiap pekerjaan dan
kegiatan yang memang dilakukan oleh
anak-anak Tuhan, tentunya Dia turut bekerja. Jika ada orang lain terpilih untuk
satu posisi yang kita anggap penting,
tentunya Dia menginginkannya demikian,
dan Dia menganggap orang itu memang
layak mendudukinya. Yang terpenting adalah kita jangan
berhenti belajar dan terus mau diproses,
supaya pada waktunya, akan tibalah
giliran kita untuk bisa mendapatkan
jabatan yang baik itu. Tuhan tahu persis
waktu yang tepat bagi kita. Dia tidak akan pernah terlambat melaksanakan
rencanaNya dalam hidup kita. Dia tidak
perlu ‘diingatkan’..dan juga tidak
perlu ‘ditolong’ untuk melakukannya. Satu hal yang perlu kita lakukan di
hadapan Tuhan adalah ‘percaya’ saja. Jika hari ini engkau merasa gelisah
melihat proses yang terjadi dalam
hidupmu, dan jika engkau merasa
jawaban yang ada saat ini tidak seperti
yang engkau harapkan, maka periksa
dalam hatimu, apakah engkau masih tetap ‘percaya’ kepada Tuhan? Atau
engkau sudah meninggalkan imanmu
karenanya. Satu hal yang perlu diingatkan, ketika Dia
datang nanti, Dia tidak akan pernah
bertanya apa posisimu dan berapa
tabunganmu, tapi Dia hanya akan
bertanya...’apakah ada iman?”

Sobat, jauh lebih penting kita menjaga
sebuah hubungan dibandingkan dengan
posisi dan jabatan sesaat. Kalau demi
jabatan itu engkau harus kehilangan
semua orang yang engkau kasihi, itu
terlalu mahal harganya. Jika ambisimu akhirnya merusak hubungan yang baik
dengan semua orang, saya sarankan
engkau melepaskannya. Jauh lebih
penting membangun hubungan
dibandingkan semua itu. Oneday engkau
akan mengerti bahwa biar bagaimanapun tingginya posisimu, jika
hal itu engkau dapatkan dengan
mengesampingkan perasaan semua
orang, maka posisimu itu sama sekali
tidak memiliki kekuatan. Tapi sebaliknya,
karena hubungan yang baik dengan semua orang, engkau bisa diangkat ke
sebuah posisi yang tinggi dan jauh lebih
langgeng, karena mereka mendukung
mu dengan sepenuh hati.

0 Response to "AMBITION OR AMBITIOUS ?"

Post a Comment